Label:
Puisi Anak
Kisah Seekor Burung Pipit
Ketika musim kemarau tiba, seekor Burung Pipit merasakan
tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat. Ia lalu memutuskan untuk
meninggalkan tempat tinggalnya, terbang jauh ke utara. Kabarnya, udara
tempat itu selalu dingin dan sejuk.
Pelan-pelan, dia merasakan kesejukan udara. Makin ke utara makin
sejuk. Ia makin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Terbawa oleh nafsu, ia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel
salju. Salju makin lama makin tebal. Akhirnya, ia jatuh ke tanah karena
tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di
sayapnya bertambah tebal. Si Burung Pipit tak mampu berbuat apa-
apa. Ia menyangka bahwa ia telah mati.
Ia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor
Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun, si
Burung kecewa. Mengapa yang datang hanya seekor Kerbau? Ia
menghardik si Kerbau agar menjauh. Ia mengatakan bahwa Kerbau tak
mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
Si Kerbau tidak banyak bicara. Ia hanya berdiri, kemudian kencing
tepat di atas burung tersebut. Si Burung Pipit makin marah dan memaki-
maki si Kerbau. Lagi-lagi si Kerbau tidak bicara. Ia maju satu langkah
lagi dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si Burung. Seketika itu, si
Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung
mengira lagi bahwa ia akan mati karena tak bisa bernapas. Namun,
perlahan-lahan ia merasakan kehangatan. Salju yang membeku pada
bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya kotoron kerbau.
Ia dapat
bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si Burung Pipit
berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.Bab 2 Kegiatan 11
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing
menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh
si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus, dan
membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si
Burung. Begitu bulunya bersih, si Burung bernyanyi dan menari
kegirangan. Ia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik
hati. Namun, apa yang terjadi kemudian? Seketika itu juga dunia terasa
gelap gulita bagi si Burung. Tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan
oleh si Kucing.
Terima kasih sahabat HGS INFORMASI
NO SPAM
NO LINK AKTIF