Label:
Puisi Anak
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Kekeringan
Di daerahku mengalami kekeringan
Pepohonan mulai layu dan daun berguguran
Debu-debu beterbangan
Orang orang pun kebingungan
Pohon besar di hutan sudah jarang
Air hujan pun menghilang
Terjadilah kemarau panjang
Di sana sini mencari air
Kami bersyukur punya sumur masih air
Orang-orang datang untuk meminta air
Kuberi dengan ikhlas lahir batin
Itu anugrah dari Sang Maha Adil.
Rumah Impian
Rumahku……
Sawah hijau terbentang luas
Gunung-gunung menjulang tinggi
Yang selalu menemaniku di kala pagi
Rumahku …..
Sungai nan jernih sungguh mempesona
Padang rumput penuh canda ria
bocah-bocah gembala
yang selalu membuatku terpesona
Namun…..
Kemanakah rumahku itu ?
Hilang dalam waktu sekejab
Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap
Oh…. Apa ini hanya impian ?
Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona
Cahaya Dunia
Di tengah kegelapan yang gulita
Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan
Di tengah orang tak tahu arah tujuan
Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap
menenggelamkan.
Datanglah dewa penolong tepat saatnya
Gemerlap sinar membahana ke seluruh dunia
Kegelapan dunia sirnalah, berganti remang-remang
dan kini jadilah terang benderang
Kini semua orang jadi tahu
mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi
Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi
yang telah menciptakan langit dan bumi
Terima kasih para kyai yang telah mengajarkan kitab suci
Terima kasih para bapak ibu yang sabar mendidik kami
Terima ksih orang tuaku yang kujadikan teladan sejati
Kaulah penerang duniaku yang abadi
Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
2 komentar
BAGUS... :)
BalasTerima Kasih ....
BalasTerima kasih sahabat HGS INFORMASI
NO SPAM
NO LINK AKTIF